BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebagai
bagian dari komunitas ahli ilmu kebumian, kita pasti sudah tidak asing lagi
dengan peta topografi. Peta topografi ini penting, karena sebagai peta dasar,
nantinya dapat digunakan sebagai dasar bagi pengembangan sebagai peta-peta tematik
lainnya. Di Indonesia, khususnya pada tambang batubara, di mana keberadaan
potensi batubaranya masih banyak yang dijumpai pada kedalaman kecil (dangkal),
maka tambang terbuka adalah pilihan yang paling tepat dan ekonomis. Tetapi di
Jepang, di mana peraturan tentang perubahan bentang alam (morfologi) sangat
ketat, semua tambang batubara yang beroperasi pada abad 20 menerapkan tambang bawah
tanah. Ketetapan tersebut juga mensyaratkan potensi batubara yang berada pada
kedalaman 250 meter di bawah dasar cekungan air (laut maupun danau) tidak boleh
ditambang. Dalam hal ini peta topografi tidak akan banyak gunanya bagi
perencanaan tambang, kecuali untuk penempatan fasilitas-fasilitas tambang yang
memang harus berada di permukaan.
Untuk
kebutuhan perencanaan tambang terbuka, peta topografi memegang peranan sentral,
karena dari sini nantinya akan diturunkan beberapa satuan peta, seperti: Peta hasil
eksplorasi, yang memuat informasi tentang posisi singkapan batubara, posisi
titik bor, dan lain – lain.
Peta ketebalan batu bara peta ketebalan over burden, peta distribusi fungsi
kualitas, misalnya kadar sulfur, distribusi kalori, dan lain – lain. Peta jalan
tambang dan kemiringan lereng, peta kemajuan tambang, peta perencanaan drainase tambang (peta penyaliran) Dan lain – lain. Dengan demikian
pemahaman tentang peta topografi bagi seorang perencana tambang adalah mutlak.
1.2
Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari pembuatan laporan
ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai hal – hal yang berkaitan
dengan Peta Topografi.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan nya yaitu :
·
Untuk mengetahui definisi dari peta
topografi
·
Untuk mengetahui pembuatan peta
topografi
·
Untuk mengetahui fungsi dari peta
topografi.
·
Untuk mengetahui syarat – syarat peta
topografi
·
Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur
peta topografi
·
Untuk mengetahui contoh dari peta
topografi
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1 Definisi
Peta
Peta adalah gambaran bentuk rupa bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui
suatu sistem proyeksi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda,
mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di
layar komputer. Istilah peta berasal dari bahasa Yunani mappa yang berarti taplak atau kain penutup
meja. Namun secara umum pengertian peta adalah lembaran seluruh atau sebagian
permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan skala
tertentu.
Sebuah peta adalah
representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi. Ilmu yang mempelajari
pembuatan peta disebut kartografi.
Banyak peta mempunyai skala, yang menentukan
seberapa besar objek pada peta dalam keadaan yang sebenarnya. Kumpulan dari
beberapa peta disebut atlas.
2.2. Definisi Peta Topografi
Peta Topografi Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat
dan graphi yang berarti menggambar. Peta topografi berarti memetakan
tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut
menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu
ketinggian. Walaupun peta topografi memetakan tiap interval ketinggian
tertentu, namun disertakan pula berbagai keterangan yang akan membantu untuk
mengetahui secara lebih jauh mengenai daerah permukaan bumi yang terpetakan
tersebut, keterangan-keterangan itu disebut legenda peta.
Garis
kontur merupakan ciri khas yang membedakan peta topografi dengan peta lainnya dan digunakan
untuk penggambaran relief atau tinggi rendahnya permukaan bumi yang dipetakan.
Dari pengertian di atas dapat dipahami betapa pentingnya garis kontur antara
lain untuk pembuatan trace jalan/rel dan menghitung volume galian dan timbunan.
2.3 Cara Membuat Peta Topografi
Untuk dapat
menggambarkan peta topografi yang baik perlu diketahui unsur unsur penting diantaranya : bukit
, lembah atau alur sungai dan juga obyek buatan manusia. Relief atau bentuk
tinggi rendahnya bentang alam diukur dengan menggunakan alat ukur seperti
: teodolit, alidade, waterpas, kompas dan lain ‐ lain. Titik yang menunjukkan ketinggian (umumnya diambil
dari datar permukaan laut diterakan pada peta menurut skala yang tertentu.
Cara membuat kontur ketinggian yaitu dengan menggunakan titik ketinggian
sebagai kerangka. Contoh pada gambar 1.0. Titik titik ketinggian adalah A sampi
F dan titik titik P sampai S adalah yang mewakili ketinggian dari bentang alam diukur.
Misalnya pada garis A‐B dengan beda tinggi 150
m akan dibuat kontur ketinggian 600 m dan 650 m, maka spasi antar kontur
dapat diinterpolasikan jaraknya dari selisih harga kontur dengan
titik tersebut. (A) dibandingkan beda tinggi AB, dikalikan dengan jarak A‐B pada peta.
Demikian pula misalnya antara P‐S akan dibuat kontur 650, maka konturnya adalah selisih tinggi P dan harga kontur (650) dibandingkan dengan beda tinggi P‐S dikalikan jarak P‐S sebenarnya pada peta.
Demikian pula misalnya antara P‐S akan dibuat kontur 650, maka konturnya adalah selisih tinggi P dan harga kontur (650) dibandingkan dengan beda tinggi P‐S dikalikan jarak P‐S sebenarnya pada peta.

Foto 2.3 Cara Membuat Peta Topografi
Dalam penggambaran garis
kontur ketinggian, kadang ‐ kadang diperlukan
gambaran atau sketsa bentang alamnya misalnya bukit ‐ bukit dan lembah, alur sungainya, sehingga dapat mengurangi kesalahan
dalam interpolasi.
2.4 Fungsi Peta Topografi
·
Menggambarkan bentuk dua
dimensi dari bentuk tiga dimensi rupa bumi.
·
Memberikan informasi
mengenai keadaan permukaan dan elevasi.
·
Sebagai dasar dalam pengelompokan data mengenai hal yang
berhubungan
dengan ruang.
·
Menemukan posisi kita
terhadap suatu tanda medan atau daerah lain.
2.5 Syarat – syarat Peta
Topografi
Pada
peta topografi yang baik harus memenuhi syarat
– syarat tertentu yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan
penelitian, yaitu :
2.5.1 Skala
Merupakan
perbandingan jarak horisontal sebenarnya dengan jarak pada
peta.
Perlu diketahui bahwa jarak yang diukur pada peta adalah menunjukkan
jarak-jarak horisontal. Ada 3 macam skala yang biasa dipakai dalam peta
topografi.
1.
Representative Fraction Scale (Skala R.F.)
Ditunjukkan
dengan bilangan pecahan. Contohnya 1 : 10.000. Artinya 1 cm di dalam peta sama
dengan 10.000 cm di lapangan (sama dengan 100 meter di lapangan). Kelemahan
dari skala ini bila peta mengalami pemuaian/penciutan maka skala tidak berlaku
lagi.
2.
Graphic Scale
Yaitu perbandingan jarak horisontal sesungguhnya
dengan jarak dalam peta, yang ditunjukkan dengan sepotong garis.
3.
Verbal Scale
Dinyatakan
dengan ukuran panjang. Contohnya 1 cm = 10 km atau 1 cm = 5 km. Skala ini hampir sama dengan
skala R.F.
Dari
ketiga macam skala tersebut di atas, yang umum/paling banyak digunakan dalam
peta geologi atau topografi adalah kombinasi skala grafis dan skala R.F.
2.5.2 Arah
Utara Peta
Salah
satu kelengkapan peta yang tidak kalah penting adalah arah utara, karena tiap
peta yang dapat digunakan dengan baik haruslah diketahui arah utaranya. Arah
utara ini berguna untuk penyesuaian antara arah utara peta dengan arah utara
jarum kompas.
Ada 3 macam arah utara jarum kompas, yaitu :
1.
Arah
Utara Magnetik (Magnetic North = MN)
2. Grid North
3. True North
2.5.3 Legenda
Pada
peta topografi banyak digunakan tanda untuk mewakili bermacam-macam keadaan
yang ada di lapangan dan biasanya terletak di bagian bawah dari peta.
2.5.4 Judul
Peta
Judul
peta merupakan nama daerah yang tercantum dalam peta dan berguna untuk
pencarian peta bila suatu waktu diperlukan.
2.5.5 Converage
Diagram
Maksudnya
peta tersebut dibuat dengan cara atau metoda yang bagaimana, hal ini untuk
dapat memperkirakan sampai sejauh mana kebaikan/ketelitian peta, misalnya :
-
Dibuat berdasarkan foto udara
-
Dibuat berdasarkan pengukuran di lapangan
2.5.6 Indeks
Administrasi
Pembagian
daerah berdasarkan hukum pemerintahan, hal ini penting untuk memudahkan
pengurusan surat izin untuk melakukan atau mengadakan penelitian/pemetaan.
2.5.7 Index
of Adjoining Sheet
Menunjukkan
kedudukan peta yang bersangkutan terhadap lembar-lembar peta disekitarnya.
2.5.8 Edisi
Peta
Dapat
dipakai untuk mengetahui mutu daripada peta atau mengetahui kapan peta tersebut
dicetak atau dibuat.
2.6 Unsur-unsur
yang terdapat dalam Peta Topografi
2.6.1 Relief
Adalah
beda tinggi suatu tempat atau gambaran kenampakan tinggi rendah suatu daerah
serta curam landainya sisi-sisi perbukitan. Jadi menunjukkan perbedaan tinggi
rendahnya permukaan bumi.
Sebagai
contoh :
·
bukit
·
lembah
·
daratan
·
lereng
·
pegunungan
Relief
terjadi antara lain karena perbedaan resistensi antara batuan terhadap proses
erosi dan pelapukan (eksogen) juga dipengaruhi gejala-gejala asal dalam
(endogen) perlipatan, patahan, kegiatan gunung api dan sebagainya. Dalam peta
topografi penggambaran relief dengan :
·
Garis hachures
Yaitu
garis-garis lurus yang ditarik dari titik tertinggi ke arah titik yang lebih
rendah disekitarnya dan ditarik searah dengan lereng. Semakin curam lerengnya
maka semakin rapat pula garisnya sebaliknya garis akan renggang jika reliefnya
landai.
·
Shading (bayangan)
Bayangan
matahari terhadap earth feature dan biasanya dikombinasi dengan peta
kontur. Pada daerah yang curam akan memberikan bayangan gelap sebaliknya daerah
yang lancai berwarna cerah.
·
Tinting (pewarnaan)
Warna-warna
tertentu. Semakin tinggi reliefnya warna akan semakin gelap.
·
Kontur
Yaitu dengan cara menghubungkan titik-titik yang
mempunyai ketinggian sama. Peta
ini paling penting untuk geologi karena sifatnya kualitatif dan kuantitatif.
Kualitatif :
hanya menunjukkan pola dan penyebarannya bentuk-bentuk roman muka bumi.
Kuantitatif :
selain menunjukkan pola dan penyebaran bisa juga mengetahui ukuran baik secara
horisontal maupun vertikal sehingga jelas gambaran tida dimensinya.
2.6.2 Drainage
Drainage
pattern/pola pengaliran atau pola penyaluran adalah segala macam bentuk-bentuk
yang hubungannya dengan penyaluran air baik di permukaan maupun di bawah
permukaan bumi. Sebagai contoh sungai-sungai, danau atau laut dan sebagainya.
Sungai-sungai itu sendiri dipermukaan bumi ada yang terpolakan dan tidak
terpolakan. Hal ini tergantung dari batuan dasar yang dilaluinya.Dalam hal ini
pola/pattern didefinisikan sebagai suatu keseragaman di dalam :
·
bentuk (shape)
·
ukuran (size)
·
penyebarannya/distrubusi
Hubungan
antar relief, batuan, struktur geologi dan drainage dalam macam-macam pola
penyaluran :
a. Dendritik
Mencerminkan sedimen yang horisontal atau miring,
resistensi batuan seragam, kemiringan lereng secara regional kecil. Bentuk pola
penyaluran seperti pohon. Contohnya pada daerah dengan sedimen lepas, daratan
banjir, delta, rawa, pasang surut, kipas-kipas alluvial, dll.
b. Parallel
Umumnya
mencirikan kemiringan lereng yang sedang-curam tetapi juga didapatkan pada
daerah-daerah dengan morfologi yang parallel dan memanjang. Contohnya pada
lereng-lereng gunung api. Biasanya akan berkembang menjadi pola dendritik atau
trellis.
c. Trellis
Terdapat
pada daerah dengan batuan sedimen yang terlipat, gunung api, daerah dengan
rekahan parallel. Contohnya pada perlipatan menujam, patahan parallel, homoklin
dan sebagainya.
d. Rectangular
Mengikuti kekar-kekar dan patahan.
e. Radial
Mencerminkan
gunung api kubah (dome). Terdapat pula pola yang sentripetal (kebalikan dari
radial).
f. Annular
Mencerminkan struktur kubah yang telah mengalami
erosi bagian puncaknya.
Dari contoh-contoh pola pengaliran tersebut merupakan
pola dasar penyaluran yang sangat membantu untuk penafsiran suatu struktur
geologi.
2.6.3 Culture
Yaitu
segala bentuk hasil budi daya manusia. Misalnya perkampungan, jalan, persawahan
dan sebagainya. Culture membantu geologi dalam penentuan lokasi. Pada umumnya
pada peta topografi, relief akan digambarkan dengan warna coklat, drainage
dengan warna biru dan culture dengan warna hitam.
2.7 Contoh
Peta Topografi
Contoh Peta Topografi yaitu :
1)
Peta
planimetrik, peta yang menyajikan beberapa jenis unsur permukaan
bumi tanpa penyajian informasi ketinggian.
Gambar :

Foto 2.7 Contoh Peta Topografi
Planimetrik
2)
Peta
kadaster/pendaftaran tanah, peta yang menyajikan data mengenai
kepemilikan tanah, ukuran, dan bentuk lahan serta beberapa informasi lainnya.
Gambar :

Foto 2.7 Contoh Peta Topografi
Kadaster
3)
Peta
bathimetrik, peta yang menyajikan informasi kedalaman dan bentuk
dasar laut.
Gambar :

Foto 2.7 Contoh Peta Topografi
Bathimetrik
BAB III
KESIMPULAN
Jadi, peta topografi merupakan
peta yang memetakan tempat – tempat dipermukaan bumi
yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur,
dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Cara
membuat peta topografi yang baik harus ada unsur unsur penting
diantaranya : bukit , lembah atau alur sungai dan juga obyek buatan manusia.
Relief atau bentuk tinggi rendahnya bentang alam diukur
dengan menggunakan alat ukur seperti : teodolit, alidade, waterpas,
kompas dan lain ‐ lain. Titik
yang menunjukkan ketinggian (umumnya diambil dari datar permukaan laut
diterakan pada peta menurut skala yang tertentu. Unsur yang
terdapat pada peta topografi adalah relief, drainage dan culture. Syarat –
syarat peta topografi yakni adanya Skala, Arah Utara Peta, Legenda, Judul Peta, Converage Diagram, Indeks Administrasi, Index of Adjoining Sheet dan
Edisi Peta. Fungsi peta
topografi salah satunya adalah Sebagai dasar dalam pengelompokan data mengenai hal yang berhubungan dengan ruang. Contoh dari peta topografi adalah Peta planimetrik, Peta kadaster/pendaftaran tanah, Peta
bathimetrik.
DAFTAR PUSTAKA
·
Subagio.
2002. “Pengetahuan Peta”. Bandung.
Penerbit ITB.
·
Rafil, “Peta Topografi”. http://rapil-petatopografi.blogspot.com/. Diakses pada tanggal
7 Oktober 2014. Pukul 1.00 WIB.
·
Ammang, “Pengertian Peta Topografi”. http://radarjuve.blogspot.com/2013/07/pengertian-peta-topografi-dan.html. Diakses pada tanggal
7 Oktober 2014. Pukul 1.02 WIB.
·
Wijayanto,
“Peta Topografi”. http://tizarwijayanto.blogspot.com/p/blog-page.html. Diakses pada tanggal
7 Oktober 2014. Pukul 1.06 WIB.