Sabtu, 16 Mei 2015

PETA TOPOGRAFI

BAB I
PENDAHULUAN


1.1         Latar Belakang
Sebagai bagian dari komunitas ahli ilmu kebumian, kita pasti sudah tidak asing lagi dengan peta topografi. Peta topografi ini penting, karena sebagai peta dasar, nantinya dapat digunakan sebagai dasar bagi pengembangan sebagai peta-peta tematik lainnya. Di Indonesia, khususnya pada tambang batubara, di mana keberadaan potensi batubaranya masih banyak yang dijumpai pada kedalaman kecil (dangkal), maka tambang terbuka adalah pilihan yang paling tepat dan ekonomis. Tetapi di Jepang, di mana peraturan tentang perubahan bentang alam (morfologi) sangat ketat, semua tambang batubara yang beroperasi pada abad 20 menerapkan tambang bawah tanah. Ketetapan tersebut juga mensyaratkan potensi batubara yang berada pada kedalaman 250 meter di bawah dasar cekungan air (laut maupun danau) tidak boleh ditambang. Dalam hal ini peta topografi tidak akan banyak gunanya bagi perencanaan tambang, kecuali untuk penempatan fasilitas-fasilitas tambang yang memang harus berada di permukaan.
Untuk kebutuhan perencanaan tambang terbuka, peta topografi memegang peranan sentral, karena dari sini nantinya akan diturunkan beberapa satuan peta, seperti: Peta hasil eksplorasi, yang memuat informasi tentang posisi singkapan batubara, posisi titik bor, dan lain – lain. Peta ketebalan batu bara peta ketebalan over burden, peta distribusi fungsi kualitas, misalnya kadar sulfur, distribusi kalori, dan lain – lain. Peta jalan tambang dan kemiringan lereng, peta kemajuan tambang, peta perencanaan drainase tambang (peta penyaliran) Dan lain lain. Dengan demikian pemahaman tentang peta topografi bagi seorang perencana tambang adalah mutlak.





1.2         Maksud dan Tujuan
1.2.1      Maksud
Adapun maksud dari pembuatan laporan ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai hal – hal yang berkaitan dengan Peta Topografi.
1.2.2      Tujuan
Adapun tujuan nya yaitu :
·         Untuk mengetahui definisi dari peta topografi
·         Untuk mengetahui pembuatan peta topografi
·         Untuk mengetahui fungsi dari peta topografi.
·         Untuk mengetahui syarat – syarat peta topografi
·         Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur peta topografi
·         Untuk mengetahui contoh dari peta topografi

















BAB II
LANDASAN TEORI


2.1       Definisi Peta
Peta adalah gambaran bentuk rupa bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui suatu sistem proyeksi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Istilah peta berasal dari bahasa Yunani mappa yang berarti taplak atau kain penutup meja. Namun secara umum pengertian peta adalah lembaran seluruh atau sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan skala tertentu. Sebuah peta adalah representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut kartografi. Banyak peta mempunyai skala, yang menentukan seberapa besar objek pada peta dalam keadaan yang sebenarnya. Kumpulan dari beberapa peta disebut atlas.

2.2.      Definisi Peta Topografi
Peta Topografi Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti menggambar. Peta topografi berarti memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Walaupun peta topografi memetakan tiap interval ketinggian tertentu, namun disertakan pula berbagai keterangan yang akan membantu untuk mengetahui secara lebih jauh mengenai daerah permukaan bumi yang terpetakan tersebut, keterangan-keterangan itu disebut legenda peta.
Garis kontur  merupakan ciri khas yang membedakan peta topografi dengan peta lainnya dan digunakan untuk penggambaran relief atau tinggi rendahnya permukaan bumi yang dipetakan. Dari pengertian di atas dapat dipahami betapa pentingnya garis kontur antara lain untuk pembuatan trace jalan/rel dan menghitung volume galian dan timbunan.

2.3       Cara Membuat Peta Topografi
            Untuk dapat menggambarkan   peta   topografi  yang baik perlu  diketahui unsur unsur penting diantaranya : bukit , lembah atau alur sungai dan juga obyek buatan manusia. Relief atau   bentuk  tinggi  rendahnya bentang alam diukur dengan menggunakan alat ukur seperti :  teodolit, alidade, waterpas, kompas dan lain   lain. Titik yang menunjukkan ketinggian (umumnya diambil dari datar permukaan laut diterakan pada peta menurut skala yang tertentu.
Cara membuat kontur ketinggian yaitu dengan menggunakan titik ketinggian sebagai kerangka. Contoh pada gambar 1.0. Titik titik ketinggian adalah A sampi F dan titik titik P sampai S adalah yang mewakili ketinggian dari bentang alam diukur. Misalnya pada garis AB dengan beda tinggi 150 m akan dibuat kontur ketinggian 600 m dan 650 m, maka spasi antar kontur dapat diinterpolasikan jaraknya dari selisih harga kontur dengan titik tersebut. (A) dibandingkan beda tinggi AB, dikalikan dengan jarak AB pada peta.
Demikian pula misalnya antara PS akan dibuat kontur 650, maka konturnya adalah selisih tinggi P dan harga kontur (650) dibandingkan dengan beda tinggi PS dikalikan jarak PS sebenarnya pada peta. 
background image
Foto 2.3 Cara Membuat Peta Topografi
Dalam penggambaran garis kontur ketinggian, kadang kadang diperlukan gambaran atau sketsa bentang alamnya misalnya bukit bukit dan lembah, alur sungainya, sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam interpolasi.

2.4       Fungsi Peta Topografi
·         Menggambarkan bentuk dua dimensi dari bentuk tiga dimensi rupa bumi.
·         Memberikan informasi mengenai keadaan permukaan dan elevasi.
·         Sebagai dasar dalam pengelompokan data mengenai hal yang berhubungan dengan ruang.
·         Menemukan posisi kita terhadap suatu tanda medan atau daerah lain.

 2.5      Syarat – syarat Peta Topografi
Pada peta topografi yang baik harus memenuhi syarat – syarat tertentu yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan penelitian, yaitu :
2.5.1      Skala
Merupakan perbandingan jarak horisontal sebenarnya dengan jarak pada
peta. Perlu diketahui bahwa jarak yang diukur pada peta adalah menunjukkan jarak-jarak horisontal. Ada 3 macam skala yang biasa dipakai dalam peta topografi.
1.    Representative Fraction Scale (Skala R.F.)
Ditunjukkan dengan bilangan pecahan. Contohnya 1 : 10.000. Artinya 1 cm di dalam peta sama dengan 10.000 cm di lapangan (sama dengan 100 meter di lapangan). Kelemahan dari skala ini bila peta mengalami pemuaian/penciutan maka skala tidak berlaku lagi.
2.    Graphic Scale
Yaitu perbandingan jarak horisontal sesungguhnya dengan jarak dalam peta, yang ditunjukkan dengan sepotong garis.
3.    Verbal Scale
Dinyatakan dengan ukuran panjang. Contohnya 1 cm = 10 km atau 1 cm = 5 km. Skala ini hampir sama dengan skala R.F.
Dari ketiga macam skala tersebut di atas, yang umum/paling banyak digunakan dalam peta geologi atau topografi adalah kombinasi skala grafis dan skala R.F.
2.5.2    Arah Utara Peta
Salah satu kelengkapan peta yang tidak kalah penting adalah arah utara, karena tiap peta yang dapat digunakan dengan baik haruslah diketahui arah utaranya. Arah utara ini berguna untuk penyesuaian antara arah utara peta dengan arah utara jarum kompas.
Ada 3 macam arah utara jarum kompas, yaitu :
1.  Arah Utara Magnetik (Magnetic North = MN)
2.  Grid North
3.  True North
2.5.3    Legenda
Pada peta topografi banyak digunakan tanda untuk mewakili bermacam-macam keadaan yang ada di lapangan dan biasanya terletak di bagian bawah dari peta.
2.5.4    Judul Peta
Judul peta merupakan nama daerah yang tercantum dalam peta dan berguna untuk pencarian peta bila suatu waktu diperlukan.
2.5.5    Converage Diagram
Maksudnya peta tersebut dibuat dengan cara atau metoda yang bagaimana, hal ini untuk dapat memperkirakan sampai sejauh mana kebaikan/ketelitian peta, misalnya :
- Dibuat berdasarkan foto udara
- Dibuat berdasarkan pengukuran di lapangan
2.5.6    Indeks Administrasi
Pembagian daerah berdasarkan hukum pemerintahan, hal ini penting untuk memudahkan pengurusan surat izin untuk melakukan atau mengadakan penelitian/pemetaan.
2.5.7    Index of Adjoining Sheet
Menunjukkan kedudukan peta yang bersangkutan terhadap lembar-lembar peta disekitarnya.
2.5.8    Edisi Peta
Dapat dipakai untuk mengetahui mutu daripada peta atau mengetahui kapan peta tersebut dicetak atau dibuat.

2.6       Unsur-unsur yang terdapat dalam Peta Topografi
2.6.1    Relief
Adalah beda tinggi suatu tempat atau gambaran kenampakan tinggi rendah suatu daerah serta curam landainya sisi-sisi perbukitan. Jadi menunjukkan perbedaan tinggi rendahnya permukaan bumi.
Sebagai contoh :
·         bukit
·         lembah
·         daratan
·         lereng
·         pegunungan
Relief terjadi antara lain karena perbedaan resistensi antara batuan terhadap proses erosi dan pelapukan (eksogen) juga dipengaruhi gejala-gejala asal dalam (endogen) perlipatan, patahan, kegiatan gunung api dan sebagainya. Dalam peta topografi penggambaran relief dengan :
·         Garis hachures
Yaitu garis-garis lurus yang ditarik dari titik tertinggi ke arah titik yang lebih rendah disekitarnya dan ditarik searah dengan lereng. Semakin curam lerengnya maka semakin rapat pula garisnya sebaliknya garis akan renggang jika reliefnya landai.
·         Shading (bayangan)
Bayangan matahari terhadap earth feature dan biasanya dikombinasi dengan peta kontur. Pada daerah yang curam akan memberikan bayangan gelap sebaliknya daerah yang lancai berwarna cerah.
·         Tinting (pewarnaan)
Warna-warna tertentu. Semakin tinggi reliefnya warna akan semakin gelap.
·         Kontur
Yaitu dengan cara menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama. Peta ini paling penting untuk geologi karena sifatnya kualitatif dan kuantitatif.
Kualitatif : hanya menunjukkan pola dan penyebarannya bentuk-bentuk roman muka bumi.
Kuantitatif : selain menunjukkan pola dan penyebaran bisa juga mengetahui ukuran baik secara horisontal maupun vertikal sehingga jelas gambaran tida dimensinya.
2.6.2      Drainage
Drainage pattern/pola pengaliran atau pola penyaluran adalah segala macam bentuk-bentuk yang hubungannya dengan penyaluran air baik di permukaan maupun di bawah permukaan bumi. Sebagai contoh sungai-sungai, danau atau laut dan sebagainya. Sungai-sungai itu sendiri dipermukaan bumi ada yang terpolakan dan tidak terpolakan. Hal ini tergantung dari batuan dasar yang dilaluinya.Dalam hal ini pola/pattern didefinisikan sebagai suatu keseragaman di dalam :
·         bentuk (shape)
·         ukuran (size)
·         penyebarannya/distrubusi

Hubungan antar relief, batuan, struktur geologi dan drainage dalam macam-macam pola penyaluran :
a.   Dendritik
Mencerminkan sedimen yang horisontal atau miring, resistensi batuan seragam, kemiringan lereng secara regional kecil. Bentuk pola penyaluran seperti pohon. Contohnya pada daerah dengan sedimen lepas, daratan banjir, delta, rawa, pasang surut, kipas-kipas alluvial, dll.
b.   Parallel
Umumnya mencirikan kemiringan lereng yang sedang-curam tetapi juga didapatkan pada daerah-daerah dengan morfologi yang parallel dan memanjang. Contohnya pada lereng-lereng gunung api. Biasanya akan berkembang menjadi pola dendritik atau trellis.
c.   Trellis
Terdapat pada daerah dengan batuan sedimen yang terlipat, gunung api, daerah dengan rekahan parallel. Contohnya pada perlipatan menujam, patahan parallel, homoklin dan sebagainya.
d.   Rectangular
Mengikuti kekar-kekar dan patahan.
e.   Radial
Mencerminkan gunung api kubah (dome). Terdapat pula pola yang sentripetal (kebalikan dari radial).
f.    Annular
Mencerminkan struktur kubah yang telah mengalami erosi bagian puncaknya.
Dari contoh-contoh pola pengaliran tersebut merupakan pola dasar penyaluran yang sangat membantu untuk penafsiran suatu struktur geologi. 
2.6.3    Culture
Yaitu segala bentuk hasil budi daya manusia. Misalnya perkampungan, jalan, persawahan dan sebagainya. Culture membantu geologi dalam penentuan lokasi. Pada umumnya pada peta topografi, relief akan digambarkan dengan warna coklat, drainage dengan warna biru dan culture dengan warna hitam.

2.7       Contoh Peta Topografi
Contoh Peta Topografi yaitu :
1)    Peta planimetrik, peta yang menyajikan beberapa jenis unsur permukaan bumi tanpa penyajian informasi ketinggian.
Gambar :
Foto 2.7 Contoh Peta Topografi Planimetrik
2)    Peta kadaster/pendaftaran tanah, peta yang menyajikan data mengenai kepemilikan tanah, ukuran, dan bentuk lahan serta beberapa informasi lainnya.
Gambar :
Foto 2.7 Contoh Peta Topografi Kadaster


3)    Peta bathimetrik, peta yang menyajikan informasi kedalaman dan bentuk dasar laut.
Gambar :
Foto 2.7 Contoh Peta Topografi Bathimetrik





BAB III
KESIMPULAN


Jadi, peta topografi merupakan peta yang memetakan tempat tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Cara membuat peta topografi yang baik harus ada unsur unsur penting diantaranya : bukit , lembah atau alur sungai dan juga obyek buatan manusia. Relief atau   bentuk  tinggi  rendahnya bentang alam diukur dengan menggunakan alat ukur seperti :  teodolit, alidade, waterpas, kompas dan lain   lain. Titik yang menunjukkan ketinggian (umumnya diambil dari datar permukaan laut diterakan pada peta menurut skala yang tertentu. Unsur yang terdapat pada peta topografi adalah relief, drainage dan culture. Syarat – syarat peta topografi yakni adanya Skala, Arah Utara Peta, Legenda, Judul Peta, Converage Diagram, Indeks Administrasi, Index of Adjoining Sheet dan Edisi Peta. Fungsi peta topografi salah satunya adalah Sebagai dasar dalam pengelompokan data mengenai hal yang berhubungan dengan ruang. Contoh dari peta topografi adalah Peta planimetrik, Peta kadaster/pendaftaran tanah, Peta bathimetrik.













DAFTAR PUSTAKA


·         Subagio. 2002. “Pengetahuan Peta”. Bandung. Penerbit ITB.
·         Rafil, “Peta Topografi”. http://rapil-petatopografi.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2014. Pukul 1.00 WIB.
·         Ammang, “Pengertian Peta Topografi”. http://radarjuve.blogspot.com/2013/07/pengertian-peta-topografi-dan.html. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2014. Pukul 1.02 WIB.
·         Wijayanto, “Peta Topografi”. http://tizarwijayanto.blogspot.com/p/blog-page.html. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2014. Pukul 1.06 WIB.